Kamis, 21 Mei 2020

Basic Psychological Feature in Cyberspace | Altered Perceptions


ALTERED PERCEPTIONS


            Sebagai individu yang hidup di zaman modern, tidak dapat dipungkiri bahwa terkadang kita memiliki perbedaan perilaku saat berinteraksi di dunia maya dengan dunia nyata. Perilaku dalam lingkungan online atau dunia maya yang berbeda dengan dunia nyata dapat menghasilkan kualitas psikologis yang berbeda bagi setiap individu, bagaimana individu tersebut mengalaminya sendiri maupun individu lain yang mengalami. Pada saat individu berperilaku di dunia maya, akan selalu menjadi interaksi yang kompleks antara fitur-fitur di dunia maya ini dan karakteristik individu tersebut. Ketika seorang individu duduk diam dan menatap monitor komputer bisa menjadi kondisi kesadaran yang berubah, ini dapat disebabkan pada saat individu tersebut melakukan e-mail, beberapa individu akan mengalami pencampuran pikiran dengan orang lain. Hal ini disebut dengan  altered perception (persepsi yang diubah), yaitu terjadinya perbedaan persepsi pada saat berinteraksi secara online. Hal ini biasa terjadi pada individu ketika sedang berinteraksi dengan individu yang lain menggunakan fitur-fitur  pada dunia online atau dunia maya.
           Dunia online atau dunia maya ini merupakan ruang transisi yang menjadi perpanjangan dari dunia intrapsikis pengguna (individu). Komunikasi di dunia online atau dunia maya dapat mengubah persepsi dan kondisi kesadaran individu dengan menjadi membuat dunia percaya, mimpi seperti pengalaman, bahkan permainan di mana aturan kehidupan nyata tidak berlaku lagi. ini dapat menjelaskan bentuk kecanduan komputer dan dunia maya.
         Sementara persepsi itu sendiri merupakan suatu proses yang dimulai dari penglihatan hingga terbentuk tanggapan yang terjadi dalam diri individu sehingga individu sadar akan segala sesuatu dalam lingkungannya melalui indera-indera yang dimilikinya. Sebagai makhluk sosial yang sekaligus juga makhluk individual, tentu terdapat perbedaan yang dimiliki oleh manusia antara individu yang satu dengan yang lainnya. Sarwono (2011, dalam Istikomatulaeli, 2018) mendefinisikan persepsi sosial sebagai aktivitas mempersepsikan orang lain dan apa yang membuat mereka dikenali, melalui persepsi sosial kita berusaha mencari tahu dan mengerti orang lain. Proses pembentukan persepsi sosial dimulai dari pengenalan terhadap tanda-tanda nonverbal atau tingkah laku nonverbal yang ditampilkan orang lain. Tanda-tanda nonverbal ini merupakan informasi yang dijadikan bahan untuk mengenali dan mengerti orang lain secara lebih jauh. Dari informasi-informasi nonverbal, kita membuat penyimpulan tentang apa yang kira-kira sedang dipikirkan dan dirasakan orang lain. Kemudian, ungkapan-ungkapan verbal melengkapi penyimpulan-penyimpulan dari tanda-tanda nonverbal. Dengan menggunakan informasi-informasi dari tingkah laku nonverbal dan verbal, kemudian terbentuk kesan-kesan tentang orang lain.
          Pada saat individu mengakses dunia online atau dunia maya maka ia menggunakan penglihatan dan pendengaran (merangsang indera) yang akan menimbulkan altered perception. Hal ini dapat mengakibatkan kesalahpahaman antar individu saat berinteraksi di dunia online atau dunia maya karena ketika melakukan e-mail yang menjadi perantara interaksi pada individu sering menyebabkan salah paham akan emosi yang terkait dengan persepsi dalam lingkungan yang berbeda.



Referensi
Blumenfield, W. (2014). Cyber Psychology & Cyberbullying
https://www.slideshare.net/wblumen/cyber-psychology (Diakses pada 19 Mei 2020)
Ciputraceo. (2016). Bagaimana cara orang membangun persepsi? http://ciputrauceo.net/blog/2016/1/21/persepsi (Diakses pada 19 Mei 2020)
Istikomatulaeli. 2018. Proses persepsi sosial di media sosial Instagram (Studi kasus pada mahasiswa IPS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta). Skripsi. Tidak diterbitkan. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah: Jakarta.
Suler, J. (2002). The basic psychological features of cyberspace. In The Psychology of  Cyberspace. http://users.rider.edu/~suler/psycyber/basicfeat.html (Diakses pada 19 Mei 2020)

Sabtu, 09 Mei 2020

Manajemen Identitas dalam Dunia Maya

Pada jaman sekarang teknologi komunikasi berkembang sangat pesat sehingga muncul lah istilah dunia maya. Dunia maya itu adalah dunia yang tidak sebenarnya, dunia ini merupakan tempat dimana untuk berinteraksi langsung secara online. Dengan adanya dunia maya ini memunculkan keragaman penggunaan maupun gambaran identitas penggunanya. Dalam dunia maya banyak orang mempertimbangkan penampilan diri mereka dengan sebaik-baiknya agar menarik banyak orang untuk berinteraksi dengan mereka. Di dunia maya biasanya identitas diri seseorang dibuat berdasarkan penilaian diri mereka di dunia nyata. Hal itu yang membuat banyak orang bisa mengembangkan dirinya dengan sebaik mungkin saat berselancar di dunia maya. Sebelum lanjut kepembahasan berikutnya ada baiknya kita memahami apa itu definisi dari identitas dan dunia maya.
Kata identitas diambil dari bahasa latin yaitu idem yang berarti “serupa”. Hal tersebut merupakan dasar dari pengaturan kepribadian. Identitas adalah kesadaran diri, seperti diambil dari pendapat dan pengamatan diri. Identitas merupakan pengumpulan dari semua gambaran diri dalam mengatur keseluruhan, tidak hanya dengan kepandaian bergaul dengan siapapun, objek sifat, dan peran. Identitas berbeda dengan konsep diri, didalamnya terdapat kenyataan terhadap perasaan dari orang lain. Identitas menyatakan kesadaran dari seseorang sebagai seorang individu (Stuart&Laraia, 2005).
Identitas, merupakan sebuah hal yang penting di dalam suatu masyarakat yang memiliki banyak anggota. Identitas membuat suatu gambaran mengenai seseorang, melalui; penampilan fisik, ciri ras, warna kulit, bahasa yang digunakan, penilaian diri, dan faktor persepsi yang lain, yang semuanya digunakan dalam mengkonstruksi identitas budaya. Identitas menurut Klap (Berger, 2010: 125) meliputi segala hal pada seseorang yang dapat menyatakan secara sah dan dapat dipercaya tentang dirinya sendiri statusnya, nama, kepribadian, dan masa lalunya (dalam Ayun, 2015).
Dunia maya atau cyberspace adalah sebuah dunia komunikasi berbasis komputer yang menawarkan realitas yang baru berbentuk virtual (tidak langsung dan tidak nyata). Walaupun dilakukan secara virtual, kita dapat merasa seolah-olah ada di tempat tersebut dan melakukan hal-hal yang dilakukan secara nyata. Dunia maya (cyberspace) juga dapat diartikan sebagai suatu Imaginary Location (tempat aktivitas elektronik dilakukan) dan juga menjadi sebuah massy virtual yang terbentuk melalui komunikasi yang terjalin dalam sebuah jaringan komputar (interconnected computer networks).
Identitas maya atau identitas daring adalah sebuah identitas sosial yang dipakai oleh seorang pengguna Internet di komunitas maya dan situs web. Meskipun beberapa orang memilih untuk memakai nama mereka yang sebenarnya di dunia maya, beberapa pengguna Internet memilih untuk menjadi anonim, mengidentifikasikan diri mereka sendiri dengan pseudonim (nama samara).
Apa yang menjadi perbedaan identitas tersebut? Perbedaannya adalah bagaimana cara komunikasi verbal dan non-verbal seseorang di dunia maya dan di dunia nyata. Sebagai contoh kasus yaitu banyaknya keluhan para mahasiswa yang berkenalan di dunia maya, lalu saat pertama bertemu merasa tidak nyaman dan menyesal karena cara komunikasi verbal dan nonverbal yang dilakukan di dunia maya berbeda dengan di dunia nyata. Padahal di dunia maya saat mereka chatting dan free calling sekalipun komunikasi terjadi dengan lancar. Mengapa hal seperti ini dapat terjadi? Salah satu sebabnya adalah mungkin orang yang saling berkenalan ini gugup atau sifat aslinya adalah pemalu jika bertemu secara tatap muka. Namun, di dunia maya tidak terlihat sifat-sifat nya ini. Selain itu, pada saat bertemu di dunia nyata body appearance dan body behavior seseorang dapat berbeda dengan yang dia tampilkan di dunia maya. Tak hanya itu, berkenalan dengan stranger di dunia maya dapat memicu tindak kejahatan. Sering sekali kita mendengar kasus perkenalan seseorang dengan orang lain di Facebook yang berakhir tragis. Misalnya, mereka yang melakukan kejahatan adalah seorang psychopath, namun kita tidak bisa mendeteksinya sama sekali saat kita berinteraksi di dunia maya. Jadi kita harus waspada ketika berkenalan dengan seseorang di dunia maya. Juga, kita harus bijaksana saat membangun identitas nyata (real identity) dengan identitas virtual (virtual identity) kita. Karena memang tidak bisa dipungkiri setiap orang ingin terlihat positif di dunia maya, namun kita harus mempertimbangkan juga dampak yang akan ditimbulkan jika kita tidak menyelaraskan identitas nyata dan identitas.


Virtual Identity merupakan identitas maya, identitas yang sengaja dibuat untuk pemenuhan berbagai hal dalam dunia cyber. Perubahan tersebut membawa pada perbincangan bahwa realitas saja tidaklah cukup, perlu adanya sesuatu kemudahan, kecepatan, dan akses untuk pelbagai kebutuhan. karena dunia cyber memberikan kemudahan dan segala hal yang lain menjadi cepat, maka batas-batas dalam lingkup yang selama ini kita kenal seperti kultural, ideologi, kelas sosial, gender, usia, nasionalitas, agama, dan etnis sanggup terhapus  menurut (Budiman 2002 ) bahwa ketika dunia tidak lagi mengenal tanpa batas, ia menjadi semakin besar tapi sekaligus juga memudar.
            Cyberspace telah menciptakan perubahan yang mendasar tentang identitas. Sistem komunikasi di jembatani oleh komputer, dan hal tersebut telah melenyapkan batas-batas identitas itu sendiri di dalamnya. dalam arti lain menjadi orang yang berbeda-beda identitasnya di waktu yang bersamaan. menjadikan semacam kekacauan.
            Identitas yang akan mempengaruhi persepsi, pikiran, personalitas dan gaya hidup. bila semua orang bisa memakai identitas apapun, maka tidak ada lagi yang namanya identitas itu sendiri.
Virtual identity selain bisa muncul kasus penipuan juga bisa menjadikan orang yang pengecut, dengan tidak terlihatnya fisik alias bertatatap muka, mereka seenaknya membuat  kata-kata dalam kolom komentar dengan cercaan dan makian, padahal dia tidak berhubungan langsung akan hal tersebut, inilah yang membuat kegelisahan bangsa ini. Bukannya mendukung dan membantu.


CARA MANAJEMEN IDENTITAS DIRI KITA DALAM DUNIA MAYA

Manajemen identitas adalah proses organisasi untuk mengidentifikasi, mengotentikasi, dan mengotorisasi individu atau kelompok orang untuk memiliki akses ke aplikasi, sistem atau jaringan dengan mengaitkan hak-hak pengguna dan pembatasan identitas yang telah ditetapkan. Identitas yang dikelola juga dapat merujuk ke proses perangkat lunak yang membutuhkan akses ke sistem organisasi. Manajemen identitas mencangkup mengautentikasi pengguna dan menentukan apakah mereka diizinkan mengakses sistem tertentu. Manajemen ID bekerjasama dengan sitem manajeman akses identitas (sistem IAM). Manajemen identitas difokuskan pada otentikasi, sedangkan manajemen akses ditunjuk untuk otorisasi. Manajeman ID menentukan apakah pengguna memiliki akses ke sistem, tetapi juga menetapkan tingkat akses dan izin yang dimiliki pengguna pada sistem tertentu. Sebagai contoh, seorang pengguna mungkin diizinkan untuk mengakses suatu sistem tetapi dibatasi oleh beberapa komponen.
Tujuan utama manajemen identitas adalah untuk memastikan bahwa hanya pengguna yang diotentikasi yang diberikan akses ke aplikasi, sistem, atau lingkungan TI tertentu yang untuknya mereka diotorisasi. Ini termasuk kontrol atas penyediaan pengguna dan proses orientasi pengguna baru seperti karyawan, mitra, klien dan pemangku kepentingan lainnya.
Singkatnya, kita dapat meringkas manajemen identitas digital dalam 5 tingkatan yang berbeda:

1. Manajemen
            Data Manajemen Data menentukan cara menyimpan, mengamankan, mengubah,   mengambil, dan mengarsipkan data tentang seseorang. Ini juga perlu menentukan cara menghapus informasi pribadi yang dapat diidentifikasi.
2. Otentikasi
            Pengguna memberikan bukti bahwa mereka adalah siapa yang mereka klaim. Contohnya adalah login melalui kata sandi, otentikasi perangkat atau 2-faktor, atau otentikasi pengguna biometrik melalui sidik jari atau pengenalan wajah.
3. Verifikasi
            Langkah verifikasi memeriksa apakah otentikasi dan bukti identitas yang diberikan valid, dan informasi yang diberikan benar dan sejalan dengan data yang disimpan sebelumnya.
4. Akses
Akses mengacu pada hak pengguna untuk mengakses akun mereka, dan hak pengguna atau pihak ketiga untuk mengakses informasi pribadi yang dapat diidentifikasi.
5. Antarmuka
Pengguna dapat berinteraksi dengan layanan dan akan melihat informasi yang relevan dengan dan ditargetkan pada profil penggunanya.

Faktor yang membentuk identitas digital
Konstruksi identitas digital dikondisikan oleh banyak faktor, di antaranya yang menonjol :
1.        Profil pribadi , Baik di jejaring sosial seperti: Facebook atau Instagram, media social profesional seperti LinkedIn, pencarian pekerjaan portal atau layanan online lainnya;
2.        Komentar yang dibuat di forum, blog, jejaring sosial, dll .
3.        Konten yang diunggah ke jaringan, baik: foto, video, presentasi, pos, dan lain-lain. Jaringan kontak dalam dunia digital: teman, kolega, pengikut, dan orang-orang yang kita ikuti.
4.        Alamat email , penggunaan yang berikan, dan seberapa terlihatnya.
5.        Layanan Pesan instan yang gunakan: Whatsapp, Telegram, Facebook, Messenger, Line.
6.        Nickname atau alias yang digunakan.
7.        Avatar yang  dipilih untuk profil.

Cara melakukan manajemen identitas dalam dunia maya, yaitu:
1. Menggunakan Nama Samaran atau Nama Asli
            Penggunaan nama samaran memudahkan kita untuk memisahkan penggunaan internet untuk keperluan pribadi dan profesional. Untuk keperluan pribadi, mungkin berkelana di internet dengan nama samaran. Sementara itu, untuk keperluan profesional dapat mengelola akun-akun dengan nama asli.
2.  Mengamankan Identitas Utama
     Karena mudahnya memperoleh akun surel (surat elektronik) gratis, banyak orang memiliki lebih dari satu akun surel. Karena surel merupakan akun dari utama setiap orang, sebaiknya lebih siaga dalam menjaga keamanannya. Google menyediakan autentikasi dwifaktor untuk mengamankan akun surelnya.
3. Penyebaran Identitas Digital                   
            Masalah jejaring sosial ini tidak hanya bagaimana memelihara privasi, tapi juga bagaimana mengonsolidasikan semua jejaring sosial ini ke dalam satu tempat. Dengan demikian orang lain dapat menemukan dengan mudah identitas digital kita. Sebaiknya mengonsolidasikan semua akun situs media sosial ini pada satu tempat saja.

Tantangan dalam manajemen identitas digital :
1. Kepercayaan dan Keamanan
     Orang cenderung tidak percaya pada organisasi atau pemerintah untuk melindungi informasi pribadi mereka. Di sisi lain, anonimitas kehadiran online membuatnya sangat sulit bagi penyedia layanan untuk mengidentifikasi pengguna dengan benar, yang dapat menjadi faktor risiko yang besar. Oleh karena itu penyedia perlu mengandalkan proses otentikasi yang biasanya rumit dan memakan waktu bagi pengguna, dan mahal untuk organisasi.
2. Persetujuan dan Kontrol
     Selain dari pelanggaran data, pengguna juga semakin khawatir tentang penggunaan data pribadi mereka.
3. Kepemilikan
     Mirip dengan kepercayaan dan persetujuan, kepemilikan adalah masalah utama bagi manajemen identitas digital. Siapa yang memiliki data pribadi? siapa yang memiliki informasi pribadi yang dapat diidentifikasi, dan siapa yang dapat mengambil manfaat darinya? Saat ini, banyak perusahaan internet seperti Google dan Facebook mendasarkan model bisnis mereka pada iklan. Selain mendapatkan akses ke layanan yang ditawarkan, pengguna akhir tidak mendapatkan manfaat apa pun dari data mereka dalam model ini. Terlepas dari pertanyaan yang lebih filosofis tentang kepemilikan data, solusi juga perlu memecahkan masalah teknis untuk melacak dan mengumpulkan nilai data ini secara efektif.
4. Pengalaman Pelanggan
     Berlawanan dengan identitas fisik, volume pengidentifikasi digital meningkat. Setiap pengguna harus mengelola banyak akun, login, dan lingkungan yang semuanya menyimpan beberapa informasi pribadi. Tetapi lingkungan itu jarang terhubung. Seperti Joseph Lubin dari Consensys baru-baru ini menyatakan di sebuah konferensi di Paris: “Internet tidak lengkap. Itu tidak memiliki konstruksi identitas". Hasilnya adalah banyak kredensial yang seringkali sulit dikelola pengguna. Survei terbaru menemukan bahwa 61% responden menggunakan kata sandi mereka di beberapa situs. Ini membutuhkan pengalaman pelanggan yang lebih baik dan solusi integrasi saluran.
5. Biaya dan kekokohan infrastruktur
    Sistem saat ini tidak cukup kuat untuk melindungi data dari dicuri oleh pihak ketiga. Selain sebagai risiko keamanan, penyimpanan pusat dari sejumlah besar informasi pribadi yang dapat diidentifikasi juga membawa harga besar biaya infrastruktur.

Cara untuk melindungi identitas digital, yaitu:
1. Tinjau izin dan kebijakan privasi yang telah Anda konfigurasikan di layanan internet tempat Anda berlangganan. Saat ini semua memungkinkan Anda untuk mengontrol apa yang ingin Anda terbitkan tentang Anda.
2. Pantau nama Anda secara teratur di Google untuk mengetahui apa yang diketahui tentang Anda.
3. Buat profil secara bertanggung jawab: analisis layanan online secara terperinci, bagaimana melindungi data pribadi pengguna.
4.  Cobalah untuk mendefinisikan gambar pribadi dan profesional.
5. Izinkan akses hanya kepada orang yang Anda anggap dapat dipercaya untuk mengontrol jangkauan publikasi Anda.
6. Log out dari profil Anda di akhir, untuk mencegah akses tidak sah.
7. Berhati-hatilah saat menerbitkan informasi atau pendapat tentang pihak ketiga.
8. Ikuti langkah-langkah keamanan siber dasar seperti: buat kata sandi aman dan lindungi dengan benar, hindari menggunakan data pribadi di jaringan Wi-Fi publik atau gunakan email secara bertanggung jawab.

Kesimpulan
Dunia maya itu adalah dunia yang tidak sebenarnya, dunia ini merupakan tempat dimana untuk berinteraksi langsung secara online. Virtual identity merupakan identitas virtual dari individu maupun kelompok di dalam dunia maya. Manajemen identitas adalah proses organisasi untuk mengidentifikasi, mengotentikasi, dan mengotorisasi individu atau kelompok orang untuk memiliki akses ke aplikasi, sistem atau jaringan dengan mengaitkan hak-hak pengguna dan pembatasan identitas yang telah ditetapkan. Penyalahgunaan visual identity terjadi karena ketidaksadaran manusia sebagai mahkluk realitas dalam dunia non-realitas yang membuatnya masuk kedalam dunia metafisik, sehingga penyalahgunaan virtual identity sering terjadi. Salah satu jenis penyalahgunaan yang terjadi dalam virtual identity adalah terciptanya kepribadian ganda dalam ruang lingkup virtual, dimana batasan-batasan identitas telah lenyap dan mengakibatkan hilangnya identitas itu sendiri.
Sudah seharusnya kita patut waspada dan berhati-hati dalam menggunakan dunia maya terutama dalam ranah virtual identity yang kedepannya dapat dipertanggungjawabkan baik secara moral dan norma yang berlaku.



Daftar Pustaka

Ayun, P.Q. 2015. Fenomena Remaja Menggunakan Media Sosial dalam Membentuk Identitas. Jurnal Komunikasi. 3(2): 1-16
Choiri, B. 2016. Dampak negative virtual identity/identitas dunia maya. https://www.kompasiana.com/buztac/573aba1e2c7a617907754d78/dampak-negatif-virtual-identity-identitas-dunia-maya?page=all (31 Maret 2020).
Gericke, M. 2018. Blockchain For Digital Identity Management. http://scrypt.media/2018/10/02/blockchain-digital-identity-management/ (Diakses pada 8 Mei 2020).
Id.wikipedia.org. 2019. Identitas. https://id.wikipedia.org/wiki/Identitas#cite_note-3_ (Diakses pada 31 Maret 2020)
Id.wikipedia.org. 2019. Identitas maya. https://id.wikipedia.org/wiki/Identitas_maya (Diakses pada 31 Maret 2020)
Rangga, K. A. 2018. Real identity vs. virtual identity.            https://communication.binus.ac.id/2018/01/09/real-identity-vs-virtual-identity/ (Diakses pada 31 Maret 2020)
Stuart, Gail. W. & Laraia, Michele. T. 2005. Principles & Practice of Psychiatric    Nursing 8th Edition. Philadelphia:  Elsevier Mosby.
Sydnes team. 2018. Discover your digital identity and the best way to protect it. https://www.syneidis.com/protect-digital-identity/. (Diakses pada 7 Mei     2020)

Soal UAS Psikoterapi PTA 2021/2022 | Universitas Gunadarma

Di bawah ini adalah soal UAS Psikoterapi PTA 2021/2022, yang dilaksanakan pada tanggal 9 februari 2022. Untuk referensi teman-teman dalam me...